Pagi Berhujan Penjual Es

Dipostkan pada 2017-01-04 oleh Admin

- es cendol deDari - es daluman deDari - es cendol daluman deDari -

Mata ini baru saja bisa menatap,

 lampu langit dihalang selimut kelabu,

seperti diriku, badan dengan seprei jadikan atap,

enggan bangkit terbaring menunggu.

 

Kukibaskan kaki membuka selimut,

debu dan serabut berlarian bak nyamuk,

membuat tertawa sekawanan anak semut,

menyindir sudah siang masih saja ngantuk.

 

Hah, apa aku salah tatap,

melalui secelah lubang di atap,

dunia bagaikan rumah penuh atap,

selimut kelabu semakin lengkap.

 

Seperti debu selimut tersingkap,

butir-butir putih jatuh dari langit gelap,

persis diriku, mentari bangun tapi masih menguap,

mungkin sebentar lagi terangnya lengkap.

 

Ku menunggu menatap langit,

mengikuti setiap bulir jernih mencapai tanah,

kapankah mentari bersinar menghapus dingin menggigit,

menggelorakan semangat dan senyum sumringah.

 

Pikirku terasa demikian lucu,

terang dunia, aku mandi berbalur air segar,

kini dunia mandi, rajinnya berminggu-minggu,

malah aku enggan, terdiam sambil nyengir sangar.

 

Kuandai bumi manusia, seorang karyawan,

kini mandi, bersih dan setelahnya wajahnya terang,

sudah siap dirinya berangkat bak pahlawan,

bekerja bersemangat hingga sore menjelang.

 

Hm, tapi aku masih diam menatap langit,

sesekali menatap handuk di tiang jemuran,

akankah aku mandi melawan dingin menggigit,

tapi kupikir lagi, entah bisakah menjalani pekerjaan.

 

Yah, beginilah hidup penjual es,

pagi terik nan panas hidupnya sejuk,

hari berhujan semangatnya tidak berpikir sukses,

diam bertahan, berdiri dan jongkok hingga ngantuk.

 

Rabu, 04 Januari 2017 8:17:37