Kaki Lima, Bukan Lagi Tabu

Dipostkan pada 2021-09-15 oleh Admin
Pandemi sudah berlangsung lebih dari 2 tahun. Kejatuhan ekonomi boleh dikatakan berlangsung dengan waktu yang tepat sama dengan pandemi. Banyak orang sudah kehilangan pekerjaan. Bisnis sudah banyak yang bertumbangan. Namun, akhir pandemi tidak juga tampak.
Bantuan pemerintah berupa uang tunai dan bantuan berusaha semakin lama semakin tampak kehabisan dana. Bahkan, tabungan, harta dan deposito sudah tergaruk banyak. Ini mungkin masij lebih baik, karena ada cukup banyak orang sampai mengalami kekacauan dalam rumah tangganya.
Banyak orang mengalami situasi tersudut dan jalan lain sudah tidak tersisa. Akhirnya, banyak orang memilih terjun berjualan atau berusaha memulai bisnis dengan modal seadanya. Seberapapun modal tersisa, mereka memulainya. Tentu saja, metode berdagang secara kaki lima menjadi idola. Selain mengurangi beban modal, kaki lima juga mempercepat perolehan pelanggan.
Begitu pun pemda, mau atau tidak, demi kemanusiaan, akhirnya mengijinkan berjualan secara kaki lima di tepi jalan tertentu. Ini jauh lebih baik daripada harus memberikan bantuan tunai kepada orang-orang yang masih punya semangat.
Dengan begitu, kini, kita cukup mudah menemukan penjual secara kaki lima di tepi jalan di Kota Denpasar. Karena dasar ekonomi awal pandemi lebih banyak orang berpenghasilan tinggi, wajarlah mereka.kemudian berjualan secara kaki lima namun terlihat keren karena menggunakan mobil dan kendaraan bagus lainnya.
Tapi, gengsi bukan lagi harua dipertahankan. Berjualan kaki lima bahkan dengan mobil kijang Inova atau fortuner pun kini tidak masalah. Yang penting, hutang dan biaya hidup dapat dibayar tanpa harus mengeluh ke mana-mana.
SB
Bantuan pemerintah berupa uang tunai dan bantuan berusaha semakin lama semakin tampak kehabisan dana. Bahkan, tabungan, harta dan deposito sudah tergaruk banyak. Ini mungkin masij lebih baik, karena ada cukup banyak orang sampai mengalami kekacauan dalam rumah tangganya.
Banyak orang mengalami situasi tersudut dan jalan lain sudah tidak tersisa. Akhirnya, banyak orang memilih terjun berjualan atau berusaha memulai bisnis dengan modal seadanya. Seberapapun modal tersisa, mereka memulainya. Tentu saja, metode berdagang secara kaki lima menjadi idola. Selain mengurangi beban modal, kaki lima juga mempercepat perolehan pelanggan.
Begitu pun pemda, mau atau tidak, demi kemanusiaan, akhirnya mengijinkan berjualan secara kaki lima di tepi jalan tertentu. Ini jauh lebih baik daripada harus memberikan bantuan tunai kepada orang-orang yang masih punya semangat.
Dengan begitu, kini, kita cukup mudah menemukan penjual secara kaki lima di tepi jalan di Kota Denpasar. Karena dasar ekonomi awal pandemi lebih banyak orang berpenghasilan tinggi, wajarlah mereka.kemudian berjualan secara kaki lima namun terlihat keren karena menggunakan mobil dan kendaraan bagus lainnya.
Tapi, gengsi bukan lagi harua dipertahankan. Berjualan kaki lima bahkan dengan mobil kijang Inova atau fortuner pun kini tidak masalah. Yang penting, hutang dan biaya hidup dapat dibayar tanpa harus mengeluh ke mana-mana.
SB