Nikmati Setiap Kehidupan Dengan Cara Banyak Orang Agar Di Masa Depan Bukan Sebag

Pengalaman hidup adalah penting. Ada orang mengatakan bahwa uang adalah penting, tapi sesungguhnya yang ia pentingkan adalah pengalaman untuk menjadi orang yang banyak uang. Orang-orang memang tertarik untuk merasakan menikmati kehidupan yang berkelebihan terhadap hal-hal yang bernilai, misalnya: uang, harta, wanita, kekuasaan dan lain-lain. Karena itu mereka sanggup melakukan segala macam cara untuk mewujudkannya.
Namun sebagaimana beras memerlukan waktu untuk menjadi nasi, jika dipaksakan terlalu cepat matang malah nasi yang jadi kurang enak atau rendah kualitasnya, demikian pun kehidupan manusia. Jika manusia memiliki tujuan, menjalani waktu dan proses pencapaian tujuan sangatlah penting dinikmati agar pencapaian tujuan itu memberikan pengalaman hidup yang menjadi nilai atas kualitas kehidupan. Jika dipaksakan waktu pencapaiannya agar sesingkat mungkin, pengalaman yang diperoleh sangatlah minim sehingga kualitas hidup yang diperoleh saat tujuan tercapai bertingkat rendah. Ini diindikasikan dengan ketidaksiapan untuk melanjutkan langkah hidup setelah tujuan itu tercapai.
Kita dapat melihat bagaimana orang demikian bersemangat menjadi orang yang baik dan dikatakan ber-agama, dengan sangat tekun mereka membaca kitab yang memberikan kesimpulan-kesimpulan dari proses yang memerlukan waktu lama bagi penulisnya untuk tiba pada kesimpulan itu. Dalam sekitar 5 menit saja, kesimpulan yang memerlukan waktu mungkin satu generasi kehidupan tersampaikan dan diingat dalam pikiran dan mungkin dalam usia sangat muda, akan tercipta orang-orang yang dapat menyebutkan setiap huruf dalam kitab setebal ribuan lembar dengan sangat tepat. Dengan cepat dan gegap gempita, orang-orang menyebutnya manusia paling cerdas dan pintar, tapi orang-orang mengesampingkan kualitas kehidupan. Hasilnya, kita mengamati kegalauan orang-orang yang telah mencapai kondisi puncak dengan demikian cepat. Banyak pengalaman yang seharusnya diperoleh ternyata tidak terkecap dan ini menimbulkan lubang-lubang kegelapan pikiran. Menimbulkan keinginan-keinginan untuk kembali ke masa lampau agar pengalaman itu dapat dikecap, yang dalam filosofi Hindu dikenal dengan benih-benih Punarbhawa / proses kelahiran berulang.
Dalam kehidupan nyata tentu saja mengerdilkan usia untuk dapat menikmati pengalaman yang terlewatkan akibat terburu-buru ingin dipanggil sebagai orang dewasa nan sempurna dinyatakan sebagai penjahat dalam kalangan orang-orang dewasa, bahkan ketika pemikiran orang-orang muda kemudian mencapai kedewasaan pemikiran itu, tindakan ini dinyatakan sebagai sebuah kejahatan.
Contoh kejadian yang sering terjadi adalah orang-orang yang ketika muda menikahi janda, tidak sebagaimana orang-orang kebanyakan yang menikahi pasangan yang sama-sama muda / perawan. Dalam pandangan masyarakat, orang ini akan dipanggil sangat baik dan semua kemuliaan diberikan kepadanya. Tapi, pengalaman yang orang kebanyakan rasakan justru tidak terkecap, yaitu bermain seks dengan pasangan perawan. Dalam banyak kejadian, orang yang menempuh cara-cara tidak normal itu memperoleh harta, kekuasaan dan kemuliaan lain sebagaimana orang terhormat karena tindakannya itu. Namun, ketiadaan pengalaman bermain seks dengan pasangan perawan dikemudian hari menjadikan dia menggunakan kemuliaannya itu untuk berbuat sebagaimana orang-orang "biadab", yaitu memperdaya orang-orang perawan di usianya yang sudah sangat tua untuk menjadi istrinya. Dalam kehidupan normal, wajar orang mengidolakan orang yang dipandang terhormat dan mencintainya, tapi adalah kejahatan serius / kebiadaban ketika memanfaatkan kondisi itu untuk menjadikannya istri sehingga dapat menikmati persetubuhan / hubungan seks dengan perawan. Dalam istilah terkini, ini disebut paedofilia dan hukumannya sama dengan kejahatan tingkat tinggi/ predator seks.
Note: Seorang tokoh yang dimuliakan dalam suatu agama mengalami ini dan seberapapun umatnya menganggapnya mulia, di mata orang-orang dewasa, dia adalah penjahat tingkat tinggi karena di masa usia mencapai 50-an, dia menikahi orang remaja yang menghormati dan mengidolakannya.
SB