Pengetahuan Pun Mengalami Peragian Hingga Di Masa Depan, Mungkin Menjadi Penggel

Kita mengetahui bahwa gula adalah nutrisi makanan yang sangat berguna disamping nutrisi-nutrisi lainnya. Namun, alam menyediakan sebuah mekanisme peragian atau kini dikenal dengan sebutan metabolisme mikroba / jamur yang mengubah gula ini menjadi alkohol dengan sifat yang sangat berbeda dengan gula asalnya. Jika awalnya gula dibutuhkan oleh tubuh untuk semua fungsinya, kini telah menjadi bahan yang malah bisa menjadikan badan buta hingga tidak berfungsi. Saraf menjadi mati fungsi dan dalam konsentrasi tinggi bisa menyebabkan kematian.
Nutrisi kehidupan yang dikenal dengan sari kehidupan atau sari spiritual pun mengalami "peragian" sebagaimana nutrisi makanan. Ini terjadi terutama ketika simbol-simbol yang digunakan menghilang dari bumi ini, sudah tidak ada lagi dalam kehidupan manusia. Dan memang dari sekian banyak simbol-simbol yang ada, beberapa jenis kehidupan dapat mengalami kepunahan. Dan ketika simbol kehidupan ini digunakan dalam karya sastra spiritual atau ilmu, maka bahasa atau istilah yang menyebutkan eksisten ini menjadi tidak terpahami, akan selamanya tidak terpahami. Ketika istilah itu dimunculkan kembali, maka harus dibuatkan obyek baru dengan istilah yang sama tapi sifat berbeda. Walaupun istilah itu terpahami, namun pemahaman itu berbeda dengan pemahaman ketika eksisten itu memang ada dalam kehidupan di masanya. Hal terpenting ketika obyek tersebut terkait dengan obyek lain dan hubungan itu dijelaskan dalam karya sastra, ketika dimunculkan obyek pengganti dengan nama yang sama, akan menimbulkan perbedaan pemahaman hingga kesalahpahaman.
Dalam karya sastra India, satu yang saya masih ingat adalah "Kusa" yang pernah saya baca dalam salah satu kitab yang dikategorikan sebagai Weda. Kusa ini sudah tidak ada lagi dan istilah ini pun dalam bahasa masyarakat India kini, tidak digunakan lagi. Kini pemahaman ini dicoba dibangun kembali dengan "cocoklogi" atau penafsiran terhadap jenis rumput yang tidak pernah bisa diklarifikasi apakah memang benar "Kusa" adalah jenis rumput dan apakah memang benar rumput yang kini disebut "Kusa" sama dengan "Kusa" di jaman dimana kitab yang memuatnya itu ditulis.
Dalam karya sastra Arab ada "Bouraq" yang kini lebih mudah dipahami sebagai salah satu armada penerbangan Arab Saudi. Jika dikaitkan dengan benda lain, tidak ada kejelasan dan tidak pernah diklarifikasi apakah penafsiran itu benar atau salah. Saat ini, bouraq ditafsirkan hewan berbadan kuda, bersayap dan berkepala manusia. Namun, apakah eksisten ini ada? Ternyata tidak, kecuali tidak lebih dari sebuah imajinasi kartun semata.
Salah satu obyek yang hilang dalam karya sastra Arab dan masih hangat dalam perbincangan masyarakat Indonesia adalah terkait Al Maida 51, untuk obyek yang diistilahkan dengan "Awliya". Setiap orang berpegangan pada penafsiran karena istilah ini tidak pernah bisa diklarifikasi ke penulis Al-Quran, apa yang disebutnya sebagai awliya itu. Karena ketidakjelasan dan kegamangan makna ini, memunculkan perpecahan yang lebih identik sebagai buah dari kegelapan jiwa. Terjadi tindakan-tindakan yang tidak dipandang sebagai beradab akibat kegamangan pemahaman dari istilah "awliya" dan ini jelas-jelas indikasi kegelapan pemikiran.
Sebagaimana alam ini dimana dalam sebotol minuman beralkohol masih terdapat gula yang memang dibutuhkan tubuh, demikian pun dalam sebuah kitab masih ada istilah-istilah atau simbol yang obyeknya masih ada dalam kehidupan. Istilah ini masih dapat dan layak disebut sebagai spirit kehidupan, dan tentu saja patut dipelajari oleh siapapun. Namun ketika mengatakan keseluruhan kitab itu adalah sari kehidupan yang sangat layak dan sebagai pegangan tunggal dan mutlak untuk kehidupan, sama halnya mengatakan tuak sebagai minuman kehidupan. Menikmatinya dengan kesungguhan akan menyebabkan kegelapan dan tindakan-tindakan yang tidak beradab, terorisme dan aneka kejahatan yang favorit dikenal dengan istilah kejahatan berbasis agama.
SB