Awal Kreasi Dan Semangat

Dipostkan pada 2017-01-09 oleh Admin

Aku menyadari diriku ada. Ketika aku bersekolah di SD, aku menjadi juara kelas, hanya di kelas II saja aku menjadi peringkat ke-2, kelas 1 dan setelahnya aku menjadi murid berperingkat 1. NEM ( Nilai Ebtanas Murni ) tertinggi di sekolah dasar itu dan aku diterima di SMP favorit di kota kecil dimana aku dilahirkan. Bukan hanya itu, aku masuk dalam kelas unggulan, kelas C, sebagaimana diketahui bahwa kelas A, B dan C adalah kelas untuk murid-murid dengan NEM tertinggi urut 1 hingga 135 ( masing-masing kelas terdiri atas 45 orang ).

Di semester ke-2, pernah turun ke kelas pararel kelas E, dan di sana bangkit lagi masuk ke kelas prestasi sejak kelas 2 hingga lulus SMP. Kejadian di SD pun mirip-mirip dengan kejadian di SMP, menjadi penghuni kelas unggulan namun bukan peringkat 1, bukan anggota OSIS, bukan anggota aktif dan berprestasi dari sebuah ekstra kurikuler, namun aku menghuni kelas prestasi. Bahkan ketika tamat SMP, nilai akhirku termasuk tinggi, dan ketika diterima di sekolah menengah atas favorit di kota kelahiranku, aku kembali menghuni kelas prestasi walau bukan kelas unggulan.

Di kelas 1 selama setahun akhirnya aku masuk ke kelas prestasi dan kelas unggulan dan peringkatku termasuk baik. Berkali-kali di waktu sebelumnya aku bermimpi menaiki sepeda menanjak terus dan tampak sebagaimana prestasi dan peringkatku di kelas. Terlebih ketika masuk kelas unggulan dari kelas prestasi, intensifnya pemberian materi pelajaran di kelas ini menjadikan anak-anak kelas ini memang sulit disaingi kelas lain bahkan walaupun itu sesama kelas prestasi.

Di suatu hari, aku termenung. Demikian yang terjadi terutama sejak aku SMP hingga SMA kelas 2. Menghuni kelas prestasi tetapi tidak ada yang khusus, tidak ada yang menjadikan aku merasa ada dalam arti ada yang mengingat dan menganggap aku berkesan atau perlu diingat, aku bukan anggota OSIS atau anggota ekstrakurikuler berprestasi, bukan murid ternakal yang dikenang super nakal, aku menghuni kelas prestasi dan peringkatku di kelas sangat baik, seingatku berkisar peringkat 10 besar, tapi semuanya berlangsung begitu-begitu saja, itu-itu saja, aku tidak pernah mewakili sekolah, tidak ada prestasi menonjol yang menyebabkan aku diingat pernah di sekolah itu, di kelas itu, terutama tidak ada hal yang menjadikan sekolah, teman-teman dan guru-guru merasa perlu untuk mengingatku.

Sehari, dua hari dan kuingat bahwa aku berpikir selama sebulan atas masa-masaku yang telah berlalu. Aku ingin orang merasa penting mengingatku, setidaknya aku sekali saja tampil di sebuah puncak, menggapai hal tertinggi yang dapat digapai. Aku ingin hidupku berhenti baik-baik saja namun tiada kesan. Aku ingin hidupku berkesan, bahkan walaupun mungkin aku menyadari hidup ini hanya sandiwara, namun aku ingin sungguh-sungguh bersandiwara.

SB