Firasat Dan Bagaimana Kita Memaknainya

Dipostkan pada 2017-06-29 oleh Admin

Firasat adalah tanda kejadian sebelum kejadian nyata terjadi. Waktu tanda itu muncul dapat beberapa menit mendatang, beberapa jam mendatang, bahkan bisa beberapa tahun mendatang. Firasat ini mirip dengan kemampuan kita memandang dengan mata, yang kita lihat dengan mata dapat saja beberapa detik perjalanan ke depan, beberapa jam perjalanan ke depan atau mungkin beberapa tahun perjalanan ke depan. Jika menggunakan pandangan mata, pohon randu yang tampak di mata, ke depannya ketika bertemu akan ketemu pohon randu. Kecuali kita tidak cukup memiliki ingatan atau memori tentang pohon, kita dapat salah menerjemahkan atau memaknai penglihatan kita sendiri, terlebih jika ada pohon lain dalam memori yang mirip dengan pohon lain yang sedang ada di pandangan kita.

Demikian pun firasat, kemampuan kita memaknainya tergantung memori yang ada di pikiran kita. Hal-hal yang menakutkan yang ada di depan kita akan muncul dalam firasat sebagai benda-benda atau hal-hal yang menakutkan. Demikian pun hal yang menyenangkan akan ditandai dengan firasat tentang hal atau benda yang menyenangkan bagi kita.

Kami berikan contoh, kami semasa kecil sangatlah gembira setiap kai bermain air, entah itu sebagai air hujan, air sungai bahkan air sawah. Namun tentu saja kami akan lebih senang jika airnya jernih sejernih air dari mata air atau air hujan. JIka airnya keruh, terlebih lagi berisi kotoran hewan atau kotoran manusia, maka kami akan sangat suka berkecimpung di dalamnya. Psikologi ini akan menemani tanda tanda atau firasat yang muncul ketika kami akan berjumpa dengan hal-hal yang menyenangkan. JIka hal menyenangkan itu tercampur dengan sesuatu yang kami risihkan, maka akan tertandai sebagai firasat bertemu dengan air yang berisi kotoran atau keruh. Keenganan untuk menikmati rejeki yang berisi faktor yang membuat risih atau jijik tertandai dengan firasat berjalan atau ada di daerah basah namun lingkungan basah kotor.

Dalam kaitan firasat ini, doktrin yang ditanamkan oleh orang tua atau orang-orang yang kita hormati atau orang-orang yang kuat mengisi ingatan sangat mempengaruhi firasat tersebut.

Kami memiliki contoh untuk ini. Kami memiliki teman yang entah mengapa sangat takut kena hujan atau air dingin. Kami sendiri menjumpai kasus ini lebih banyak pada teman perempuan. Orang-orang yang kesehariannya cenderung mandi air hangat memiliki kemungkinan besar ketakutan berkecimpung dalam air dingin atau air bersuhu ruang. Dalam keseharian, selain air, seorang teman yang sempat kami tanya, takut juga mengalami sakit. Setiap kali kondisi badan turun, atau menjelang sakit, dia selalu bermimpi bermain air. Jika dalam mimpinya sangat suka bermain air maka keesokan harinya dia pasti sakit.

Firasat umumnya menggunakan objek-obyek yang nyata dijumpai di alam, bukan objek yang tidak riil, sehingga tercipta pemaknaan yang setepat-tepatnya terhadap firasat itu dengan cukup menyelami rasa kita sendiri terhadap obyek yang menjadi tanda firasat itu. Dengan pemahaman yang cukup terhadap sifat-sifat obyek tanda firasat dan menyelami respn diri terhadap obyek tersebut, dapat diketahui makna firasat yang dijumpai setepat-tepatnya.

Obyek-obyek yang sangat menyenangkan, entah melalui pengalaman nyata dan alamiah atau pengalaman yang ditanamkan paksa melalui doktrin, seringkali dijadikan tuhan atau pujaan seolah-olah obyek tersebut sangat sakti, pencipta semesta dan segala hal yang melebihi kapasitas manusia. Padahal itu tidak lebih dari memori yang muncul sebagai firasat atau tanda kejadian masa depan.

Untuk membuktikan hal ini, kita dapat mencoba sendiri apa yang dapat kita coba atau mengkaji pengalaman dan kejadian yang dialami orang-orang di sekitar kita. Kita menjumpai bahwa orang-orang yang didoktrin terkait Tuhan Yesus, sejak kecilnya didoktrin bahwa Yesus adalah tuhan dengan sifat-sifat yang melebihi kapasitas manusia, padahal sifat-sifat itu tidak pernah dapat dibuktikan secara kajian, kecuali kajian non saintifik alias di-hiperbola-kan.

Demikian pun orang-orang yang didoktrin terkait dengan Allah dalam agama dari Timur Tengah. Serangkaian doktrin  ketuhanan Allah sejak bayi hingga remaja, ketika mereka hanya dapat menerima informasi saja, dengan minimnya fakta pembanding, menjadikan orang-orang itu berpsikologi bahwa Allah itu ada, namun kajian saintifik tidak pernah bisa membuktikannya, karena memang Allah adalah simbol yang di-ada-ada-kan. Karena ini tidak pernah ada, tidak ada firasat apapun yang dapat ditandai dengan Allah. Paling banter, pertemuan di masa mendatang dengan hal sangat menakjubkan difirasatkan dengan melihat matahari, yang kemudian dicocok-cocokkan menjadi mimpi bertemu Allah. Namun seringkali kami menjumpai bahwa mereka berbohong terkait matahari dalam mimpi dan Allah, bahwa matahari adalah obyek yang akan masuk dalam kajian saintifik dan realistik sementara Allah tidak pernah bisa dibuktikan secara saintifik maupun realistik.

Kita tidak perlu meributkan kejujuran tersebut, karena kejujuran untuk hal demikian berbuah terkait kebahagiaan dan kestabilan diri. Realitas menjadikan diri seseorang terisi, memori yang ada di pikirannya memang memiliki fakta realistis dan orang-orang demikian lebih dewasa, lebih bijak dan lebih stabil daripada orang yang berbohong terkait adanya sesuatu yang tidak pernah ada. Berpura-pura atau berbohong berfirasat bertemu Allah, padahal tidak pernah bermimpi bertemu Allah, ditandai dengan pikiran bimbang, bertindak tanpa ketekunan dan tidak pernah bisa mencapai tujuan yang memuaskan dirinya sendiri. Orang-orang yang begini yang kita saksikan di lapangan petantang petenteng  berkoar-koar tentang Allah dan hal-hal yang tidak pernah ada.

Mungkin salah satu tanda bahwa mereka berbohong, mereka memiliki pemaknaan yang minim bahkan nyaris tidak ada terhadap firasat atau tanda-tanda adanya sesuatu di masa depan, dan mereka berkilah, "semuanya adalah takdir, semua rahasia adalah milik Allah semata". Ini tentunya terjadi seolah-olah mereka buta seperti tuna netra, maksudnya mereka melihat ada pepohonan di depan tapi mereka tetap bilang pohon itu rahasia Allah.

Bayangkan firasat dimaknai dengan jujur dan benar, adanya pepohonan di depan mata menjadikan kita dapat menyerongkan arah jalan agar pertemuan dengan pepohonan itu tidak berarti tabrakan yang membawa kecelakaan atau kematian.

SB