Pengaruh Tds Air Terhadap Kencing Batu

Dipostkan pada 2016-10-19 oleh Admin

Masyrakat sudah lumrah dengan air kemasan dan air galon yang jernih, dalam istilah saintifik, TDS ( Total Dissolved Solid ) rendah. Air sehat didefinisikan air dengan TDS rendah. Setelah itu, ternyata ada isu berkembang bahwa air dengan TDS tinggi akan menyebabkan kencing batu, atau air dengan TDS tinggi memiliki risiko tinggi menyebabkan kencing batu.

Apakah isu ini benar secara saintifik?

Kami akan berikan fakta, bahwa hewan dan masyarakat pedalaman boleh dikatakan tidak mengenal air dengan TDS rendah. Mereka minum langsung dari air alami, misalnya sungai, danau dan mata air, yang notabene ber-TDS tinggi. Apakah mereka mengalami kencing batu? Tidak.

Bagaimana kencing batu terjadi?

Kencing batu adalah kristal kalsium dengan asam organik yang mengalami kecenderungan mengkristal ketika arah keseimbangan ioniknya mengarah pada pembentukan kristal garam senyawa bufer. Persamaan ioniknya dapat dinyatakan dengan persamaan kimia berikut:

Ca(OH)2      +      2HR           <====>      Ca(R)2 + 2H2O

Keseimbangan kristal kencing batu mengarah ke pembentukan kristal jika terjadi peningkatan kadar Ca++, asam organik dan penurunan pH tubuh ( reaksi mengarah ke kanan dalam kondisi asam ). Dengan demikian, meningkatkan pH tubuh ( ke arah basa ) bisa menurunkan risiko terkena batu ginjal / kencing batu. Namun upaya menaikkan pH tubuh harus hati-hati mempertimbangkan kadar asam organik di tubuh. Tingginya risiko kencing batu / batu ginjal menandakan pH tubuh asam dalam waktu lama yang menyebabkan tubuh terbiasa ( menganggap normal ) dengan pH asam. Peningkatan pH ke arah basa menjadikan fisiologi tubuh menjadi tidak biasa dan ini bisa berakibat disfungsi organ atau sakit.

Mengapa TDS tidak pasti terkait dengan kencing batu / batu ginjal?

Air walaupun dengan TDS rendah ketika dimakan akan bercampur baur dengan makanan di usus, menjadikan tidak pernah ada bahan dengan TDS rendah di usus. Air dan bahan terlarut kemudian akan difiltrasi melalui osmosis ke dalam tubuh, tidak menyerap bahan padat terlarut atau ter-dissolved. Bahan-bahan TDS dan ampas makanan kemudian akan dikeluarkan / dibuang sebagai faeses atau tinja. Jadi, yang terserap adalah bahan-bahan terlarut saja, bukan bahan-bahan yang membentuk TDS dalam air minum.

Bahan penyusun TDS tidak pasti tersusun atas kalsium atau kapur, namun dalam air berkapur, komponen utama mungkin adalah kapur.

Demikian penjelasannya, bahwa TDS tinggi dalam air minum tidak ada kepastian meningkatkan risiko batu ginjal atau kencing batu.

 

SB