Banjir Lagi Di Pancasari Dan Penjelasan Kemungkinan Banjir Lagi

Dipostkan pada 2017-02-09 oleh Admin

 Sejak 10 Februari 2017, terdengar lagi keluhan banjir dan longsor seputar Danau Beratan - Danau Buyan termasuk Bedugul dan Gitgit, sebuah daerah melingkar dengan lereng yang curam. Lereng curam dengan kerapatan tumbuhan hutan yang semakin rendah. Daerah lingkaran yang belakangan ini harga tanahnya semakin mahal dan daerah yang sekarang ini semakin ramai dengan sertifikasi daerah-daerah hutan.

Perlu kami ingatkan kembali, bahwa dahulu daerah Pancasari dikenal dengan nama "benyah" yang artinya pernah diterpa banjir hingga "luluh lantak" yang dalam bahasa Bali disebut "benyah". Artinya memang daerah ini sangat rawan banjir, terlebih lagi dengan semakin berkurangnya tanaman hutan yang mempertahankan tanah-tanah yang demikian "ganjih" atau rawan terhanyut air.

Secara struktur, daerah ini memang lingkaran bebatuan namun ada beberapa bagian berlumpur. Jika dilihat dari kemiringan maka daerah ini memang sangat curam, terlebih lagi daerah curam ada mengelilingi, bahkan jika boleh dikatakan tidak ada arah dengan lerengnya landai. Melihat dari seringnya banjir, tentunya dapat diketahui bahwa ikatan tanah berlumpur tersebut sangat rendah.

Waktu kami masih kecil, kami seringkali memandang ke arah bukit Asah Gobleg yang memang tampak dari Kota Singaraja dan masih dalam lingkaran daerah rawan banjir tersebut. Dari kota tercinta itu, tampak tumbuhan tinggi sangat rapat. Dan pada saat itu, tidak pernah terdengar adanya longsor dan banjir dari daerah Pancasari. Sangat berbeda dengan saat ini, dari Kota Singaraja, hanya tampak beberapa pohon tinggi tersisa. Bahkan ketika kami sengaja menelusuri puncak kecuraman sepanjang daerah Wanagiri di atas Danau Buyan, memang benar hanya ada beberapa phohon cemara tinggi, namun batang-batangnya sudah lapuk. Tanah-tanah di sekitar ini adalah tanah berpasir dengan kadar pasir dominan dan inilah yang menyebabkan tanah daerah lingkaran ini murah terbawa air. Tanah yang dapat bertahan hanya tanah yang ditumbuhi ilalang, rumput dan aneka tumbuhan kecil lainnya. Bebatuan besar ditahan oleh akar-akar tumbuhan yang besar.

Jika melihat foto-foto banjir yang diunggah masyarakat dua hari terakhir ini, dominan tanah. Artinya bebatuan besar masih ada yang menahan dan tanah-tanah tidak ada yang menahan. Ini artinya tanah sekitar area banjir memiliki tanah yang permukaannya tidak ada rumput dan tanaman kecil lainnya yang secara alami memegang tanah-tanah berpasir. Jika melihat situasi dan kondisi wilayah saat ini, maka dapat dimengerti bahwa ini akan terjadi. Daerah ini memang kini marak dengan pembukaan hutan untuk dijadikan tegalan dimana masyarakat menanam strawberry, sayur dan aneka palawija lainnya. Masyarakat menerapkan intensifikasi dengan membunuh semua rumput di lahan mereka dan mungkin menambahkan bahan yang membuat tanah berlumpur menjadi gembur. Secara pertanian ini akan mendongkrak hasil panen, tetapi dengan penggemburan tanah dan meniadakan tumbuhan-tumbuhan yang secara alami meningkatkan ketahanan tanah dari erosi, kita dapat menebak apa yang akan terjadi ketika hujan curahnya tinggi.

Inilah yang ditunggu-tunggu, jika tidak bisa dikatakan sebagai kejadian yang tidak pernah diperhitungkan. Tanaman palawija sangat rentan terhadap air berlebih. Ketika hujan deras, banyak air akan dibuang dan mengalir ke tempat rendah menelusuri permukaan tanah yang curam dan banyak tanah tanpa tumbuhan rumput maupun sejenisnya. Banyak tanah akan ter-erosi dan terbawa bersama aliran air ini. Dapat dihitung berapa volume air yang akan dikirim ke daerah terendah di Pancasari ketika semua air hujan dibuang dari bukit-bukit di sekitarnya. Dan kita bisa mengetahui bahwa setiap kali hujan deras dan cukup lama, Pancasari dan sekitarnya pasti banjir. Tidak perlu heran.

Tidak ada kami dengar suara untuk mengembalikan bukit-bukit itu menjadi hutan negara tanpa pemilik, atau tidak ada terdengar suara pengembalian lahan palawija untuk kembali menjadi hutan. Ya, kami tidak mendengar sebuah upaya untuk menghentikan banjir, paling banter hanya suara untuk menyalurkan air. Dan, kita akan dikabari lagi esok hari setiap kali terjadi hujan deras dan lama berita banjir di Pancasari dan sekitarnya.

Note: setelah kejadian banjir berulang terus, ada saatnya kita bosan mendengar kabar ini, terlebih jika tidak pernah ada upaya penanggulangan.

Kredit foto: Made Witari

SB